Jumat, 15 Januari 2010

Indonesia Di Ambang Bencana Akibat Pemanasan Global


Pemanasan Global sudah kita alami saat ini. Udara panas dan gerah sudah kita rasakan setiap hari. Perubahan iklim yang terjadi telah merubah pola musim panas menjadi semakin panjang, semakin panas dan kering sebagian akibat pengaruh el nino. Sejak era industri, suhu rata-rata permukaan bumi sudah naik setidaknya hampir mencapai 1 derajat Celcius sampai saat ini.

Melalui laporan yang dikirim pesawat antariksa ICESat yang digunakan NASA, para ilmuwan menggambarkan, secara keseluruhan es Laut Kutub Utara menipis sebanyak 7 inci (17.78 centimeter) per tahun sejak tahun 2004, sebanyak 2,2 kaki (0,67meter) selama empat musim dingin. Temuan dilaporkan pada ”Journal of Geophysical Research- Ocean“. Tanpa lapisan es, perairan gelap Laut Kutub Utara lebih mudah menyerap panas sinar Matahari dan bukan memantulkannya sebagaimana terjadi pada es yang berwarna cerah, sehingga mempercepat Dampak Pemanasan Global. Dampak lain adalah potensi terlepasnya gas metana beku yang ada di dasar laut sebanyak 400 milyar ton akan menjadikan Pemanasan Global semakin tidak terkendali.

Studi terbaru yang dimuat di Journal of Climate American Meteorogical Society’s melaporkan bahwa: “Temperatur rata-rata permukaan naik 9,3 derajat Fahrenheit (5,2 derajat Celcius) sampai 2100″, kata beberapa ilmuwan di Massasuchusetts Institute of Technology (MIT), dibandingkan studi tahun 2003 yang memperkirakan suhu permukaan rata-rata 4,3 derajat fahrenheit (2,4 derajat Celcius).

Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia ? Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tentu mudah ditebak akan banyak pulau-pulau kecil yang akan hilang dan tenggelam serta pulau besarnya akan kehilangan kota pesisir dan secara keseluruhan luas daratan akan mengecil. Jika tidak ada tekad dan tindakan aktif dari pemerintah beserta seluruh komponen masyarakat untuk menurunkan atau mereduksi emisi Gas Rumah Kaca, maka pada tahun 2030, kita akan kehilangan sekitar 2000 pulau kecil.

Mulai hari ini kita: Sayangi Bumi, Ayo tanam pohon hari ini (Public Blog Kompasiana, 5 Juni 2009). Kita dukung program gerakan menanam pohon secara massal (GO GREEN) ataupun program menanam pohon: satu orang satu pohon (ONE MAN ONE TREE), agar konsentrasi CO2 semakin berkurang secara signifikan. Hutan tropis kita harus dijaga, cegah pembalakan liar dan kebakaran hutan, hijaukan kembali hutan-hutan yang sudah rusak atau gundul.

Ayo kita kurangi konsumsi daging pada pola makan kita ! Dengan mengurangi makan daging seminggu sekali saja kita sudah membantu Gerakan Sayangi Bumi 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah tangga dalam setahun ! Industri peternakan menyumbang 9 % CO2, 65 % N2O dan 37 % NH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah kaca N20 adalah 296 kali CO2, sedangkan metana adalah 25 kali CO2. Data PBB mencatat industri peternakan adalah penyumbang Gas Rumah Kaca penyebab Pemanasan Global terbesar, yaitu 18 % (lebih besar dari gabungan buangan emisi kendaraan motor sedunia yang berjumlah 13,5 %), oleh karenanya harus dikurangi dan bekas lahannya dijadikan untuk pertanian/perkebunan untuk meningkatkan ketahanan pangan manusia (bukan untuk industri peternakan) atau dihutankan kembali.

Ayo kita lakukan penghematan air, listrik, kertas, plastik dan benda lain yang dipergunakan sehari-hari. Hemat pemakaian bahan bakar fosil untuk kendaraan, kalau memungkinkan ganti dengan sumber energi yang bisa diperbarui serta ramah lingkungan, seperti biofuel. Kita optimalkan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan dari alam seperti sinar matahari, angin dan air (mikrohidro) atau pun energi panas bumi.

AYO SAYANGI BUMI KITA....