Senin, 21 Juni 2010

Topan Nargis adalah Indikasi dari Perubahan Iklim


Menurut Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan (CSE), Topan Nargis yang merusak Myanmar dan memakan korban sangat banyak ini sepertinya merupakan dampak dari dari perubahan iklim. Dengan mengutip laporan perubahan iklim PBB, Direktur CSE, Sunita Narain, berkata, “Nargis adalah satu tanda akan datangnya hal-hal lain. Di tahun 2007, Bangladesh dihancurkan oleh topan tropis Sidr. Korban dari topan ini adalah korban perubahan iklim.” Narain menyerukan negara-negara kaya agar lebih bergegas mengatasi emisi gas rumah kaca mereka untuk membantu mengurangi pengaruh hebat dari pola cuaca yang tidak stabil bagi negara-negara yang pertaniannya tergantung pada hujan.

http://voanews.com/english/2008-05-07-voa58.cfm

Peningkatan Aktivitas Gempa Bumi Berhubungan Dengan Pemanasan Global


Dr. Tom Chalko, kepala geofisika di Peneliti Teknik Ilmu Pengetahuan Austria telah mencatat peningkatan aktivitas gempa bumi yang saat ini lebih besar lima kali daripada dua puluh tahun lalu. Dengan mengutip data NASA dimana es di Bumi saat ini menyerap lebih banyak energi panas dari Matahari daripada radiasi yang dibalikkan ke angkasa, Dr. Chalko menyatakan, “Ketidakseimbangan panas ini telah menciptakan panas di dalam perut bumi tidak dapat keluar sehingga perut bumi terlalu panas. Peningkatan aktivitas gerakan seismik, tektonik, dan vulkanik adalah akibat yang tak terabaikan dari panas yang terperangkap akibat ketidakseimbangan.” Dr. Chalko sedang mendesak komunitas ilmuwan internasional untuk membagikan info ini dengan publik dan berkata, “Konsekuensi dari kelambanan kita akan menjadi malapetaka. Tidak ada waktu untuk gerakan setenga-setengah.”

http://www.earthtimes.org/articles/show/earthquakes-became-five-times-more,437288.shtml

Minggu, 06 Juni 2010

Kacang Tanah dan Kentang Terancam Punah Karena Pemanasan Global


Pemanasan global mungkin menggiring banyak jenis tanaman liar seperti kentang dan kacang tanah menuju kepunahan paling lambat pertengahan abda ini, sehingga menghapuskan ciri khas yang mungkin membantu tanaman modern menghadapi hama atau penyakit.

Suatu studi oleh Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR), kelompok ahli di seluruh dunia, mendesak pemerintah agar berbucara lebih banyak untuk melestarikan keluarga tanaman liar di alam dan di pusat pembenihan.

Sejumlah spesies liar akan sangat terancam oleh perubahan cuaca --tanaman itu kehilangan daerah yang cocok sebagai habitatnya, kata Annie Lane, satu dari tiga penulis studi yang dikeluarkan pada 22 Mei, Hari Keragaman Hayati Internasional PBB.
Sebanyak 61 persen dari 51 spesies kacang tanah liar dan 12 persen dari 108 jenis kentang liar yang dipelajari dapat punah dalam 50 tahun mendatang akibat pemanasan global yang oleh banyak pihak dituding bersumber dari gas rumah kaca yang dikeluarkan oleh penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia, kata studi tersebut.

Tanaman ketiga yang diteliti, vigna atau cowpea, yang merupakan tanaman pangan penting di Afrika, adalah yang paling ulet dalam model cuaca dengan hanya dua dari 48 jenis liarnya mengahdapi ancaman kepunahan. CGIAR mendukung 15 kelompok penelitian pertanian di seluruh dunia.

Lane, warganegara Australia, mengatakan temuan itu menunjukkan banyak keluarga tanaman liar lain --termasuk gandum, padi, dan sejenis gandum yang dipakai untuk membuat bir-- dapat menghadapi ancaman kepunahan. Tanaman yang tahan terhadap dan berjuang menghadapi perubahan cuaca dapat memperoleh keuntungan.

Kacang tanah, yang berasal dari Amerika Selatan, menghadapi ancaman kepunahan karena tumbuh di dataran rendah, tempat perubahan cuaca dengan cepat mempengaruhi suatu daerah yang luas. Kacang tanah juga tumbuh di bawah tanah di dekat tanaman induk sehinga kemampuan tanaman itu untuk berpindah terbatas.

Kentang Daki Andes
Kentang, yang ditemukan di Pegunungan Andes, dapat dengan lebih mudah mengembangkan diri ke atas untuk menemukan temperatur yang lebih dingin.
Rangkaian kentang liar dengan gen yang tahan terhadap penyakit tumbuhan, yang memiliki reputasi buruk karena menimbulkan kelaparan pada 1840-an di Irlandia sehingga menewaskan sebanyak satu juta orang, termasuk di antara jenis yang terancam punah, kata Lane.

Laporan PBB tahun ini telah meramalkan makin banyak banjir, kelaparan, gelombang panas dan naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global.
Para ilmuwan khawatir, misalnya, satu jenis kacang tanah dengan ciri mampu bertahan terhadap serangan serangga mungkin terhapus akibat perubahan cuaca berupa hujan terlalu lebat.

Keluarga tanaman liar telah disilangkan dalam beberapa tahun belakangan guna meningkatkan daya tahan terhadap panas pada gandum, daya tahan terhadap panas pada padi atau meningkatkan nilai gizi, seperti kandungan kalsium pada kentang atau kandungan protein pada gandum durum.

Satu perkiraan yang dibuat pada awal 1980-an ialah keluarga tanaman liar bernilai 340 juta dolar AS di Amerika Serikat saja guna meningkatkan hasil dan kualitasnya.
Ada kebutuhan mendesak untuk mengidentifikasi dan secara efektif memelihara keluarga tanaman liar yang menghadapi ancaman akibat perubahan cuaca, kata studi itu.
Lane mengatakan yang terbaik ialah menemukan daerah terbuka guna memelihara tanaman dengan bank benih sebagai pendukung.